BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut t perkembangan era
globalisasa bidang egat pun ikut berkembang. Alat-alat egat sangat berpengaruh
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari , seperti dalam bidang pendidikan
,kesehatan dan perkantoran . jenis alat-alat egat pun beraneka ragam menurut
bentuk dan kegunaannya.
1. Mata yang digunakan untuk melihat.
2. Mikroskop digunakan untuk melihat benda yang
berukuran kecil seperti bakteri dan virus.
3. Lup digunakan sebagai kaca pembesar.
4. Teropong atau teleskop yang digunakan untuk melihat
benda-benda dilangit,dibumi dan di dalam kapal selam.
5. Kamera digunakan untuk menghasilkan bayangan fotografi pada film
egative
6. Lensa digunakan untuk membantu orang-orang
yang menderita cacat mata atau penglihatannya terganggu. Contohnya: miopi,
hipermetropi, presbiopi dan astigmatisme.
Berdasarkan
pada uraian di atas, maka dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam
tentang “ Alat – alat Optik”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan alat optik ?
2.
Bagaimana Konsep mata sebagai alat optik ?
3.
Bagaimana konsep mikroskop sebagai alat optik?
4.
Bagaimana konsep lup sebagai alat optik?
5.
Bagaimana macam-macam teropong atau teleskop sebagai alat optik?
6.
Bagaimana konsep kamera sebagai alat optic
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alat optik.
2.
Untuk mengetahui konsep mata sebagai alat optik.
3.
Untuk mengetahui konsep mikroskop sebagai alat optik.
4.
Untuk mengetahui konsep lup sebagai alat optik.
5.
Untuk mengetahui macam-macam teropong dan teleskop sebagai alat optik.
6.
Untuk mengetahui konsep kamera sebagai alat optic.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Alat Optik
Alat optic adalah alat
penglihatan manusia, baik alamiah maupun buatan manusia. Alat optic alamiah
adalah mata dan alat optic buatan adalah alat bantu penglihatan manusia untuk
mengamati benda-benda yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh mata. Yang
termasuk alat optic buatan diantaranya : kaca mata, kamera, lup atau mikroskop,
teropong.[1]
Adapun macam-macam alat optic yaitu :
2.2.
Mata
Mata adalah termasuk
alat optik yang alamiah dimiliki oleh semua makhluk.
Mata manusia mirip dengan kamera dalam
struktur dalamnya (Gambar 1.a ). Mata merupakan volume tertutup dimana cahaya
masuk melalui lensa. Diafragma, disebut selaput pelangi (bagian berwarna dari
mata), menyesuaikan secara otomatis untuk mengendalikan banyaknya cahaya yang
memesuki mata. Lubang pada selaput
plelangi melalui mana cahaya masuk(pupil) berwarna hitam sehingga tidak ada
cahaya yang dipantulkan kembali kebagian dalam mata. Retima, yang memainkan
dalam peranan film dalam kamera, berada pada permukaan belakang yang lengkung.
Retina terdiri dari serangkaian saraf dan alat penerima (reseptor) yang rumit
yang dinamakan dengan batang dan kerucut yang berfungsi untuk mengubah energi. Cahaya menjadi
sinyal listrik yang berjalan sepanjang saraf. Rekontruksi bayangan dari semua
reseptor kecil ini terutama dilakukan di otak, walaupun beberapa analisa
ternyata dilakukan pada jaringan hubungan saraf yang rumit pada retina itu
sendiri. Di pusat retins ada daerah kecil yang di sebut fovea, dengan diameter sekitar 0,25 mm, di mana kerucut-kerucut
tersusun rapat dan bayangan yang paling tajam dan pemisahan warna paling baik
di tentukan.
Gambar 1.a. (a) Diagram
sederhana mata manusia.
(b) Lensa mata membentuk
bayangan nyata dan terbalik di retina.
|
Tidak seperti kamera, mata tidak
memiliki shutter. Operasi ekivalennya dilakukan oleh sisstem saraf, yang
menganalisis sinyal untuk membentuk bayangan dengan kecepatan 30 per detik.
Lensa mata hanya sedikit membelokkan
berkas cahaya. Kebanyakan pembiasan dilakukan di permukaan depan kornea (indeks
bias = 1,376) yang juga berfungsi sebagai penutup pelindung. Lensa berfungsi
sebagai penyetel untuk memfokuskan pada jarak- jarak yang berbeda. Hal ini
dilakukan oleh otot siliari yang mengubah kelengkungan lensa sehingga panjang
fokusnya berubah. Untuk memfokus pada benda jauh, otot akan rileks dan lensa
tifis, (Gambar 2.a) dan berkas-berkas paralel terfokus pada titik fokus (pada
retina).
Gambar 1.b. Akomodasi oleh mata normal, lensa rileks terfokus pada jarak
takterhingga
Untuk memfokuskan pada denda dekat,
otot berkontraksi, menyebabkan pusat lensa menebal(Ganbar 2.b) dengan demikian
mendekatkan panjang fokus sehingga bayangan benda-benda yang dekat dapat difokuskan
pada retina, dibelakang titik fokus. Penyetelan fokus ini di sebut akomondasi.
Gambar 1.c.
Akomodasi oleh mata normal, Lensa menebal terfokus pada benda dekat
Untuk memeriksa titik fokus,
dekatkan buku ke mata dan dengan perlahan jauhkan sampai ketikanya tajam. Mata
“normal” lebih merupakan idealisasi ketimbang kenyataan. Sebagian besar
populasi memiliki mata yang tidak berakomondasi di dalam kisaran normal 25 cm
sampai tak terhingga, atau memiliki kelainan lainnya. Dua kelainan umun lainnya
adalah rabun jauh dan rabun dekat.
Keduanya dapat diperbaiki dengan lensa – baik
kacamata atau lensa kontak.
Rabun jauh ( myopia), mengacu pada
mata yang hanya dapat berfokus pada
benda dekat. Titik jauh tidak berada pada takterhingga tapi jarak yang lebih
dekat, sehingga benda jauh tak terlihat jelas.
Hal ini biasanya disebabkan oleh bola mata yang terlalu dekat. Pada
kedua kasus tersebut, bayangan bensda
yang jauh terfokus di depan retina.
Lensa divergen, karena menyebabkan berkas paralel menyebar, memungkinkan
berkas-berkas berfokus pada retina (Gambar 3.a.) dan demikian memperbaiki
kelainan ini
Rabun dekat ( inyperopia), mengacu pada mata yang
tidak dapat memfokus pada benda dekat. Walaupun benda-benda jauh biasanya
terlihat jelas, titik dekat agak lebih besar dari “normal” 25 cm, yang membuat
membaca sulit. Kelainan ini disebabkan oleh biji mata yang terlalu pendek atau (lebih
jarang) oleh kornea yang tidak terlalu melengkung. Kelainan ini deperbaiki oleh
lensa konvergen. Gambar 3.b. Yang sama dengan inyperopia adalah presbyopia, yang mengacu pada kemampuan
yang berkurang dari mata untuk berkontraksi semetara umur bertambah, dan titik
dekat menjauhi. Lensa konvergen juga mampu mengatasi hal ini.
Hipermetropi (rabun dekat), cacar mata
ini disebabkan karena
lensa mata terlalu lemah. Kuat lensanya (tanpa akomondasi) kurang dari 60
ditropi. Misalnya 57 ditropi. Untuk melihat benda di jauh tak hingga ia mampu
menaikkan kuat lensa dari 57 ditropi menjadi 60 ditropi. Sehingga ia masih
dapat melihat titik jauhtak hingga. Namun untuk melihat benda pada jarak 25 cm
dibutuhkan 64 ditropi padahal ia maksimum hanya bisa menambahkan sampai 57 + 4
=61 ditropi.
Untuk benda yang terletak pada jarak antara 25 cm dan
titik dekatnya, lensa yang membantu membentuk bayangan di titik yang lebih jauh
dari titik dekat mata sehingga mata dapat melihat benda secara jelas dengan
berakomondasi sebagian.
Astigmatisme biasanya
disebabkan kornea atau lensa yang kurang bundar sehingga benda titik difokuskan
sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini terjadi karena kornea
terbentuk sferis dengan bagian silindernya bertumpuk. Sebagaimana ditunjukan
pada Gambar 1. f.
lensa silindris memfokuskan titik menjadi garis yang
paralel dengan sumbunya. Maka astimagtif memfokuskan berkas pada bidang
vertikal, katakanlah,pada jarak yang lebih dekat dengan yang dilakukan untuk
berkas pada bidang horizontal. Astigmatisme dikoreksi dengan menggunakan lensa
silindris yang mengimbanginya. Lensa untuk mata rabun jauh atau rabun dekat sebagaimana
juga astigmatik dibuat dengan permukaan sferis dan silindris yang bertumpuk,
sehingga radius kelengkungan lensa korektif berbeda pada bidang yang berbeda.
Astigmatisme diuji dengan melihat dengan satu mata pada pola seperti Gambar
1.g. Garis yang terfokus tajam tampak gelap, sementara yang tidak terfokus
tampak lebih kabur atau abu-abu.[2]
Contoh :
Mata rabun dekat. Seorang yang
rabun dekat memiliki titik dekat 150 cm. Berapa daya lensa yang harus dimiliki
kacamata baca agar orang tersebut dapat membaca koran pada jarak 25 cm ? anggap
lensa sangat dekat dengan mata.
Penyelesaiaan :
Ketika sebuah benda diletakkan
25 cm dari lensa, kita
menginginkan bayangan berada 150 cm pada sisi yang sama dari lensa, sehingga
bersifat maya, Gambar 4.a. Dengan demikian , do = 25
cm, di = − 150 cm,
dan persamaan lensa memberikan
Jadi f = 55 cm = 0,55 m. Kekuatan
lensa P, adalah P =
1 / f = + 5,0 D. Tanda Plus menunjukkan bahwa lensa
ini konvorgen.
2.3. Mikroskop
Mikroskop merupakan salah satu alat optik yang penting pada kegiatan
laberatorium. Keberadaan mikroskop
sangat membantu keterbatasan optikal dalam pengamatan laberatorium, khususnya
yang bersifat mikroskopis.
Bagian- bagian mikroskop terdiri atas bagian optik dan non - optik. Bagian
optik meliputi lensa- lensa. Lensa- lensa mikroskop merupakan gabungan ( compound lenses) yang disatukan menjadi
suatu unit kesatuan. Bagian non - optik meliputi
antara lain kaki, pemutar/ pengatur, dan
meja preparat. Bagian – bagian mikroskop dapat di lihat pada Gambar 2.a berikut:
Pembesaran total mikroskop merupakan
hasil kali pembesaran yang dihasilkan oleh kedua lensa. Bayangan I1 yang dibentuk oleh objek adalah sebesar fokus mo lebih besar dari benda itu
sendiri. Dari Gambar 2.a untuk persamaan
lateral lensa sederhana, kita dapatkan
do = jarak benda
di
= jarak bayangan
i
= jarak antar lensa
tanda minus dapat di abaikan yang hanya memberi tahu kita bahwa bayangan
terbalik. Okuler bekerja seperti pembesaran sederhana. Jika kita anggap bahwa
mata rileks, pembesaran anguler Me adalah :
Me =
Dimana titik dekat
N = 25 cm untuk mata normal. Kamera
okuler memperbesar anguler total M
adakah hasil kali dari perbesaran lateral lensa obyektif, Mo dikalikan
perbesaran anguler, Me dari
lensa okuler
M = Me . Mo = =
Contoh soal:
Sebuah mikroskop
gabungan terdiri dari okuler 20x dan obyektif 60x dengan jarak 18,0 cm.
Tentukan:
a.
Perbesaran total
b.
Panjang fokus setiap lensa
c.
Posisi benda ketika bayangan akhir berada dalam fokus
dengan mata rileks. Anggap mata normal, sehingga N =
25 cm.
Penyelesaiaan:
a.
Perbesaran total adalah 20 x 60 = 120 x
b.
Panjang fokus okuler adalah
Untuk lensa obyektif adalah lebih
mudah jika berikutnya di cari bagian
Kemudian,
perbesaran lensa dengan
c.
Kita baru saja menghitung , yang mana sangat dekat dengan
2.4 LUP (Kaca Pembesar)
Lup atau kaca pembesar (atau sebagian
orang menyebutnya suryakanta) adalah lensa cembung yang difungsikan untuk
melihat benda-benda kecil sehingga tampak lebih jelas dan besar, Penggunaan lup
sebagai kaca pembesar bermula dari kenyataan bahwa objek yang ukurannya sama
akan terlihat berbeda oleh mata ketika jaraknya ke mata berbeda. Semakin dekat
ke mata, semakin besar objek tersebut dapat dilihat. Sebaliknya, semakin jauh
ke mata, semakin kecil objek tersebut dapat dilihat. Sebagai contoh, sebuah
pensil ketika dilihat pada jarak 25 cm akan tampak dua kali lebih besar
daripada ketika dilihat pada jarak 50 cm. Hal ini terjadi karena sudut pandang
mata terhadap objek yang berada pada jarak 25 cm dua kali dari objek yang
berjarak 50 cm.
Meskipun jarak terdekat objek yang
masih dapat dilihat dengan jelas adalah 25 cm (untuk mata normal), lup
memungkinkan Anda untuk menempatkan objek lebih dekat dari 25 cm, bahkan harus
lebih kecil dari pada jarak fokus lup. Hal ini karena ketika Anda mengamati
objek dengan menggunakan lup, yang Anda lihat adalah bayangan objek, bukan
objek tersebut. Ketika objek lebih dekat ke mata, sudut pandangan mata akan
menjadi lebih besar sehingga objek terlihat lebih besar. Perbandingan sudut
pandangan mata ketika menggunakan lup dan sudut pandangan mata ketika tidak
menggunakan lup disebut perbesaran sudut lup.
Untuk menentukan perbesaran sudut lup,
perhatikan Gambar 9. Sudut pandangan mata ketika objek yang dilihat berada pada
jarak Sn, yakni titik dekat mata, diperlihatkan pada Gambar 9(a), sedangkan
sudut pandangan mata ketika menggunakan lup diperlihatkan pada Gambar 9(b).
Gambar
9. Menentukan perbesaran lup (a) sudut pandang mata tanpa menggunakan
lup. (b) saat menggunakan lup.
|
Perbesaran sudut lup secara matematis
didefinisikan sebagai :
(1-6)
Dari Gambar 10. diperoleh bahwa :
Dan
Untuk sudut-sudut yang sangat kecil
berlaku :
dan
Jika persamaan terakhir dimasukkan ke
Persamaan (1–6), perbesaran sudut lup dapat ditulis menjadi :
(1-7)
dengan :
Sn= titik dekat mata (25 cm
untuk mata normal), dan
S = letak objek di depan lup.
Perlu dicatat bahwa objek yang akan
dilihat menggunakan lup harus diletakkan di depan lup pada jarak yang lebih
kecil daripada jarak fokus lup atau S ≤ f (f = jarak fokus lup). Ketika objek
diletakkan di titik fokus lup, S = f, bayangan yang dibentuk lup berada di tak
terhingga, S' = −∞ . Ketika bayangan atau objek berada di tak terhingga, mata
dalam keadaan tanpa akomodasi. Jika S = f dimasukkan ke Persamaan (6–7),
diperoleh perbesaran sudut lup untuk mata tanpa akomodasi, yaitu :
(1-8)
Persamaan (1–8) menunjukkan bahwa
semakin kecil jarak fokus lup, semakin besar perbesaran sudut lup tersebut.
Apabila mata berakomodasi maksimum mengamati bayangan dengan menggunakan lup,
bayangan tersebut akan berada di titik dekat mata atau S' = –Sn (tanda negatif
karena bayangannya maya). Sesuai dengan Persamaan (1–1) diperoleh :
atau,
Berdasarkan hasil tersebut, Persamaan (1–7) menjadi :
sehingga diperoleh perbesaran sudut ketika mata berakomodasi
maksimum,yaitu :
(1-9)
Contoh Soal 4 :
Sebuah benda diletakkan di depan lup pada jarak 5 cm. Jika
jarak titik fokus lup 5 cm, tentukanlah perbesaran sudut lup.
Kunci Jawaban :
Karena S = f = 5 cm, mata akan melihat bayangan dengan
menggunakan lup tanpa akomodasi. Dengan demikian, perbesaran sudut lup adalah :
Pada kehidupan sehari-hari, lup
biasanya digunakan oleh tukang arloji, pedagang kain, pedagang intan, polisi,
dan sebagainya.[3]
2.5 Teropong atau Teleskop
Teleskop atau teropong merupakan alat optik
yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat jauh sehingga tampak lebih
dekat dan lebih jelas. Teropong atau teleskop adalah alat untuk mengumpulkan cahaya,
menguatkannya, dan mengumpulkannya
pada satu tempat, kata “teleskop” dapat dipecah menjadi “tele” yang berarti
“jauh” dan “scope” berarti “melihat”, atau kurang lebih maknanya adalah
“melihat objek - objek jauh”
Teleskop sudah digunakan sejak abad
ke 17 namun sampai sekarang tidak ada yang tahu siapakah yang pertama kali
menemukan teleskop. Banyak orang penemu teleskop pertama adalah Hans Leppershey
yang pada tanggal 2 oktober 1608 mencoba mempatenkan teleskop yang dibuatnya.
Namun ditolak oleh dewan penilai. Kemudian pada tahun
1609 Galileo membuat sebuah teleskop yang sekarang dikenal dengan sebutan
teropong panggung. Setelah itu ia membuat banyak macam teleskop dan mendapatkan
banyak penemuan dalam bidang astronomis yang membuatnya terkenal.
Teleskop
atau alat untuk mengamati benda-benda yang jauh biasanya terdiri dari :
-
Sebuah lensa (+), sebagai lensa
okuler , yaitu lensa yang dekat dengan mata.
-
Sebuah lensa (+),
sebagai lensa obyektif, yaitu lensa yang menghadap obyek
Ciri
teleskop jarak fokus obyektif >
jarak fokus okuler .
fob >
f0k
Teropong dibagi menjadi dua kelompok yaitu teropong bias dan teropong pantul.
1.
Teropong
Bias
Teropong bias menggunakan
lensa sebagai obyektif untuk membiaskan cahaya. Beberapa contoh teropong bias
adalah :
1.
Teropong bintang atau
teropong astronomi.
2.
Teropong bumi.
3.
Teropong panggung
atau teropong Galileo.
4.
Teropong prisma atau binokuler
a.
Teropong Bintang
Teropong
bintang adalah teropong yang digunakan untuk melihat atau mengamati benda-benda langit,
seperti bintang, planet, dan satelit. Teropong bintang menggunakan dua lensa
cembung, masing-masing sebagai lensa objektif dan lensa okuler dengan jarak
fokus objektif lebih besar daripada jarak fokus okuler ( fob>
fok). Diagram sinar pembentukan bayangan pada teropong untuk
mata tak terakomodasi sebagai berikut:
Nama lain teropong bintang adalah teropong astronomi.
Teropong bintang mempergunakan dua lensa cembung /
positif yaitu :
-
lensa obyektif
-
lensa okuler
Benda yang diamati terletak jauh tak terhingga,
sehingga bayangan jatuh pada fokus obyektif.
Titik fokus
obyektif berimpit dengan titik fokus okuler. Jarak fokus obyektif lebih
besar dari jarak fokus okuler.
Perbesaran sudut dan panjang teropong bintang memenuhi
persamaan-persamaan sebagai berikut:
(1) Untuk mata tak terakomodasi
(1-15)
(2) Untuk mata berakomodasi maksimum (S'ok = –Sn)
(1-16)
Contoh Soal :
Sebuah teropong
bintang memiliki lensa objektif dengan jarak fokus 150 cm dan lensa okuler
dengan jarak fokus 30 cm. Teropong bintang tersebut dipakai untuk melihat
benda-benda langit dengan mata tak berakomodasi. Tentukanlah (a) perbesaran
teropong dan (b) panjang teropong.
Kunci Jawaban :
Diketahui: jarak
fokus objektif fob = 150 cm dan jarak fokus okuler fok =
30 cm.
a. Perbesaran
teropong untuk mata tak berakomodasi
b. Panjang teropong
untuk mata tak berakomodasi
d = fob + fok =
150 + 30 = 180 cm
b. Teropong Bumi
Teropong
medan digunakan untuk mengamati benda-benda yang jauh di permukaan bumi.
Teropong bumi terdiri atas tiga lensa cembung, masing-masing sebagai lensa
objektif, lensa pembalik, dan lensa okuler. Lensa pembalik hanya untuk
membalikkan bayangan yang dibentuk lensa objektif, tidak untuk memperbesar
bayangan.
Prinsip dari
teropong ini sama dengan teropong bintang, perbedaannya terletak pada bayangan
terakhirnya (yaitu tegak). Untuk itu harus dipasang lensa pembalik.
Oleh karena itu, teropong
ini terdiri dari 3 buah lensa yaitu :
-
lensa obyektif : terdiri dari lensa positif
-
lensa cembung : berfungsi sebagai lensa pembalik
(terletak
antara lensa obyektif dan lensa okuler)
-
lensa okuler :
terdiri dari lensa positif dan berfungsi sebagai lup
Ø Untuk mata tak berakomodasi
Diagram sinar
pembentukan bayangan pada teropong bumi mata tak berakomodasi sebagai berikut:
Perbesaran dan
panjang teropong bumi untuk mata tak berakomodasi berturut-turut memenuhi
persamaan:
Sifat bayangan
akhir pada teropong bumi untuk mata tidak berakomodasi adalah: maya, tegak, diperbesar, di tak terhingga
Berlaku rumus :
Panjang teropong :
- dengan fp =
jarak fokus lensa pembalik.
|
Ø
Untuk mata
berakomodasi
Bila
sok <
fok maka pengamatan dinamakan pengamatan mata
berakomodasi
Berlaku
:
Dengan
catatan s1ok = PP = -
25 cm
Perhatikan diagram pembiasan cahaya
pada teropong bumi berikut ini.
Ob P Ok
2fp
fp O fp 2fp
Sifat bayangan akhir pada
teropong bumi untuk mata berakomodasi
adalah: maya, tegak,
diperbesar, di ruang IV lensa okuler. Untuk menghindari panjang teropong bumi yang
berlebihan diciptakan teropong prisma atau sering disebut keker.
c. Teropong Panggung
Teropong
panggung (Teropong
Belanda = Teropong Tonil = Teropong Galilei) mempunyai lensa cembung/ positif (obyektif) dan lensa
cekung/ negatif (okuler), lensa cekung digunakan agar bayangan yang terbentuk
tegak. Teropong
panggung dibuat sebagai pembaharuan dari teropong bumi (karena teropong bumi
terlalu panjang).
Ø
Mata tak berakomodasi
Pengamatan menggunakan teropong
selalu dalam jangka waktu lama sehingga menggunakan mata tak berakomodasi.
Pembiasan
cahaya pada teropong panggung sebagai berikut.
Rumus-rumusnya adalah sebagai berikut.
Jarak antara lensa
obyektif dan lensa okuler
dengan fok dimasukkan bertanda – (negatif) karena lensa
cekung
Ø
Mata berakomodasi
Benda pada jarak jauh sekali s0b= ~ , sehingga bayangan lensa
obyektif terletak pada fokus s0b = f0b. Bayangan tersebut
sebagai benda lensa okuler . Jadi benda lensa okuler di ruang I atau s0k = di ruang I okuler
Perbesarannya
d. Teroponng Prisma
Teropong
Prisma atau binokuler (terkenal dengan nama kekeran) merupakan variasi dari
teropong bumi. Di sini lensa pembaliknya diganti dengan prisma segitiga
siku-siku.
Prisma dapat membalikkan bayangan yang
dibentuk oleh lensa objektif. Proses pembalikkan bayangan diilustrasikan pada
gambar di bawah ini :
Dalam gambar tampak sinar datang dari
benda O ke prisma, setelah mengalami pemantulan total di prisma sinar-sinar ini
keluar. Namun sekarang terjadi pertukaran. Sinar atas (I) menjadi sinar bawah
dan sebaliknya. Sehingga mata seolah-olah mendapat kesan melihat benda dalam
keadaan terbalik. Pada teropong prisma dibutuhkan dua prisma, yang satu untuk
membalikkan benda atas-bawah dan yang satunya lagi untuk membalikkan sisi
kiri-kanan.
Prinsip
kerja teropong prisma :
1. Sinar masuk
melalui lensa obyektif (depan)
2. Kemudian mengalami
pemantulan pada sebuah prisma (sinar berbalik arah
tetapi pada lintasan yang berbeda)
3. Sinar mengenai
sisi prisma yang lain, sehingga mengalami proses seperti nomor 2
4. Sinar menuju
lensa okuler (dekat dengan mata)
5. Proses selanjutnya adalah kita yang
menggunakan teropong tersebut seperti melihat benda secara langsung
Ø Perbesaran
teropong :
=
Keterangan :
Ma = perbesaran teropong.
fob = fokus lensa objektif.
fok = fokus lensa okuler
2.
Teropong pantul
Untuk mendapatkan
informasi yang lebih banyak tentang bintang-bintang yang jauh dibutuhkan lensa
teleskop yang besar. Lensa yang besar mampu menerima lebih banyak cahaya dari
bintang-bintang sehingga pembentukan bayangannya akan lebih jelas.
Teropong pantul tersusun atas beberapa
cermin dan lensa. Teropong jenis ini menggunakan cermin cekung besar sebagai
objektif untuk memantulkan cahaya, cermin datar kecil yang diletakkan sedikit
di depan titik fokus cermin cekung F, dan sebuah lensa cembung yang berfungsi
sebagai okuler.
Terdiri dari beberapa
cermin dan lensa sebagai pemantul dan pembias sinar datang.
Beberapa contoh teropong pantul adalah :
1.
Teropong Newton
2.
Teropong Cassegrain
3.
Teropong Gregorian
2.6 KAMERA
Elemen-elemen
dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang rapat, shuter (penutup) untuk memungkinkan lewat nya cahaya melalui lensa
dalam waktu yang singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Ketika
shutter di buka, cahaya dari benda luar dalam medan pandangan di fokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada
film. Film terdiri dari bahan kimia yang peka terhadap cahaya yang mengalami
perubahan ketika cahaya menimpanya. Pada proses pencucian, reaksi kimia
menyebabkan bagian yang berubah menjadi tak tembus cahaya sehingga bayangan
terekam pada film. Ada tiga penyetelan utama pada kamera dengan kualitas yang
baik :
1.
Kelajuan Shutter
Kecepatan
shutter, istilah ini mengacu pada berapa lama shutter (penutup kamera) dibuka
dan film terbuka. Laju ini bias bervariasi dari satu detik atau lebih (waktu
pencahayaan sampai 1/1000 detik atau lebih kecil lagi untuk menghindari
pengaburan karena gerak kamera, laju yang lebih cepat dari 1/100 detik biasanya
digunakan. Jika benda bergerak, laju shutter yang lebih tinggi di butuhkan
untuk “menghentikan” gerak tersebut.
2.
F-stop
Banyaknya
cahaya mencapai film harus dikendalikan dengan hati-hati untuk menghindari
kekurangan cahaya (terlalu sedikit cahaya sehingga yang terlihat hanya benda
yang paling terang) atau kelebihan cahaya (terlalu banyak cahaya, sehingga
semua benda terang tampak sama, tanpa adanya kontras dan kesan “tercuci”).
Untuk mengendalikan bukaan, suatu “stop” atau diafragma mata, yang bukaan nya
dengan diameter variabel, diletakkan di belakang lensa. Ukuran bukaan
bervariasi untuk mengimbangi hari-hari yang terang atau gelap, kepekaan film
yang digunakan, dan kecepatan shutter yang berbeda. Ukuran bukan di atur dengan
f-stop, di definisikan sebagai : f-stop = f/D.
Dimana f adalah
panjang fokus lensa dan D adalah diameter bukaan. Makin cepat kecepatan
shutter, atau hari makin gelap, makin besar bukaan harus di buka untuk
mendapatkan pandangan yang sesuai. Hal ini berhubungan dengan angka f-stop yang
lebih kecil. Makin kecil angka f-stop, makin banyak cahaya yang melewati lensa
menuju film. Angka f terkecil dari sebuah lensa (bukaan terbesar) disebut
sebagai kelajuan lensa. Umumnya ditemukan lensa f/2,0 saat ini, dan bahkan
secepat f/1,0. Keuntungan lensa cepat ialah memungkinkan pengambilan gambar
dengan kondisi cahaya yang buruk. Lensa-lensa biasanya berhenti pada f/16,
f/22, atau f/32. Banyaknya cahaya yang mencapai film sebanding dengan luas
bukaan, dan dengan demikian sebandingf dengan kuadrat diameter.
3.
Pemfokusan
Pemfokusan
adalah peletakkan lensa pada posisi yang benar relatif terhadap film untuk
mendapatkan bayangan yang paling tajam. Jarak bayangan minimum untuk benda di
jarak takhingga dan sama dengan panjang fokus. Untuk benda-benda yang lebih
dekat, jarak bayangan lebih besar dari panjang fokus. Untuk memfokuskan
benda-benda dekat, lensa harus di jauhkan dari film, dan hal ini biasanya
dilakukan dengan memutar sebuah gelang pada lensa. Jika lensa terfokus pada
benda Dekat, bayangan tajam dari benda tersebut akan terbentuk, tetapi benda
yang jauh mungkin kabur. Benda jauh akan menghasilkan bayangan yang terdiri
dari lingkaran-lingkaran yang bertumpangan dan akan kabur. Lingkaran-lingkaran
ini disebut lingkaran kebingungan. Untuk penyetelan jarak tertentu, ada kisaran
jarak dimana lingkaran-lingkaran tersebut akan cukup kecil sehingga bayangan
akan cukup tajam. Kisaran ini disebut kedalaman medan. Untuk pilihan diameter
lingkaran kebingungan tertentu sebagai batas atas (biasanya diambil 0,03 mm
untuk kamera 35 mm), kedalaman medan bervariasi terhadap bukaan lensa. Jika
bukaan lensa lebih kecil, hanya berkas-berkas yang melalui bagian tengah yang
diterima, dan berkas-berkas ini membentuk lingkaran-lingkaran kebingungan yang
lebih kecil untuk suatu jarak benda tertentu. Dengan demikian, pada bukaan
lensa yang lebih kecil, jarak benda dengan kisaran yang lebih besar akan masuk
pada kriteria lingkaran kebingungan, sehingga kedalaman medan lebih besar.
Faktor-faktor
lain juga mempengaruhi ketajaman bayangan, seperti kekasaran film, difraksi dan
aberasi lensa yang berhubungan dengan kualitas lensa itu sendiri. Lensa kamera
dikatagorikan menjadi normal, telephoto dan sudut lebar menurut panjang fokus
dan ukuran film. Lensa normal adalah lensa yang menutup film dengan pandangan
yang kira-kira sama dengan pandangan normal. Lensa telephoto berfungsi sperti
teleskop untuk memperbesar bayangan. Lensa ini memiliki panjang fokus yang
lebih panjang dari lensa normal. Ketinggian untuk jarak benda tertentu
sebanding dengan jarak bayangan, dan jarak bayangan akan lebih besar untuk
lensa dengan panjang fokus yang lebih besar. Untuk benda-benda jauh, tinggi
bayangan hamper sebanding dengan panjang fokus. Lensa telephoto 200 mm yang
digunakan pada kamera 35 mm menghasilkan
perbesaran 4 x dari lensa normal 50 mm. lensa sudut besar memiliki panjang
fokus yang lebih pendek dari normal, medan panjang yang lebar akan tercakup dan
benda-benda tampak lebih kecil.[4]
Kamera sederhana terdiri atas lensa positif, bukaan yang
berubah, rana yang dapat dibuka untuk waktu singkat yang dapat divariasikan,
kotak kedap-cahaya, dan film (Gambar 32-7). Tidak seperti mata, yang memiliki
lensa dengan panjang
focus yang berubah, panjang fokus lensa kamera sudah tetap.
Biasanya, panjang fokus lensa pada kamera 35-mm ialah 50 mm. (Angka 35 mm
mengacu pada lebar filmnya). Pemfokusan dilakukan dengan memvariasikan jarak
dari lensa ke film dengan menggerakkan lensa lebih dekat atau lebih jauh dari
film.
Ukuran maksimum bukan dibatasi oleh ukuran lensa, yang
selanjutnya dibatasi berbagai aberasi lensa yang kita bahas pada Pasal 31-5.
(walaupun kita memperlakukan kamera sebagai lensa positif tunggal, sistem optis
pada kamera yang bagus berupa gabungan lensa yang didesain untuk mengurangi
aberasi kromatik,sferis, dan yang lainnya). Ukuran bukaan ini diberikan oleh
bilangan-f, yang berupa perimbangan panjang fokus terhadap diameter
bukaan: [5]
Bilangan-f = 32-5
Bukaan maksimum
merupakan bilangan-f lensa tersebut. Misalnya, lensa f/2,8 dengan
panjang fokus 50 mm memiliki diameter maksimum yang bermanfaat yang diberikan
oleh
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Alat optic adalah alat
penglihatan manusia, baik alamiah maupun buatan manusia. Alat optic alamiah
adalah mata dan alat optic buatan adalah alat bantu penglihatan manusia untuk
mengamati benda-benda yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh mata.
2.
Mata merupakan
volume tertutup dimana cahaya masuk melalui lensa. Yang terdiri dari beberapa
bagian yaitu antara lain diafragma (selaput pelangi), pupil dan retina. Retina
terdiri dari serangkaian saraf dan alat penerima (reseptor) yang rumit yang
dinamakan dengan batang dan kerucut yang berfungsi untuk mengubah energi. Cahaya
menjadi sinyal listrik yang berjalan sepanjang saraf. Rekontruksi bayangan dari
semua reseptor kecil ini terutama dilakukan di otak, walaupun beberapa analisa
ternyata dilakukan pada jaringan hubungan saraf yang rumit pada retina itu
sendiri
3.
Mikroskop merupakan salah satu alat optik yang penting
pada kegiatan laberatorium. Keberadaan
mikroskop sangat membantu keterbatasan optikal dalam pengamatan laberatorium,
khususnya yang bersifat mikroskopis. Bagian- bagian mikroskop terdiri atas
bagian optik dan non - optik. Bagian optik meliputi lensa- lensa. Lensa- lensa
mikroskop merupakan gabungan ( compound
lenses) yang disatukan menjadi suatu unit kesatuan Pembesaran total mikroskop merupakan hasil kali
pembesaran yang dihasilkan oleh lensa.
4.
Lup atau kaca pembesar (atau sebagian orang menyebutnya
suryakanta) adalah lensa cembung yang difungsikan untuk melihat benda-benda
kecil sehingga tampak lebih jelas dan besar.
Ketika objek lebih dekat ke mata, sudut pandangan mata akan
menjadi lebih besar sehingga objek terlihat lebih besar. Perbandingan sudut
pandangan mata ketika menggunakan lup dan sudut pandangan mata ketika tidak
menggunakan lup disebut perbesaran sudut lup.
5.
Adapun macam-macam teropong atau teleskop antara lain
yaintu :
A.
Teropong bias
·
Teropong bintang
·
Teropong bumi
·
Teropong punggung
·
Teropong prisma
B.
Teropong pantul
·
Teropong Newton
·
Teropong Cassegrain
·
Teropong Gregorian
6. Elemen-elemen
dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang rapat, shuter (penutup) untuk memungkinkan lewat nya cahaya melalui lensa
dalam waktu yang singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Ketika
shutter di buka, cahaya dari benda luar dalam medan pandangan di fokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada
film. Film terdiri dari bahan kimia yang peka terhadap cahaya yang mengalami
perubahan ketika cahaya menimpanya. Pada proses pencucian, reaksi kimia
menyebabkan bagian yang berubah menjadi tak tembus cahaya sehingga bayangan
terekam pada film. Ada tiga penyetelan utama pada kamera dengan kualitas yang
baik yaitu kelajuan shutter, F-shof dan
pemfokusan.
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
teman-teman yang bersifat positif dan membangun, maka dari itu untuk
memperbaiki semua sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
[1] Yohanes Surya, 2009. Optika. Tanggerang: PT Kandel.h.107
[3]http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/01/alat-alat-optik-mata-dan-kacamata-teropong-mikroskop-lup-kamera.html
di akses pada hari minggu tangal 29 november 2015
[4] Douglas C. Giancoli. 2001.Fisika
Edisi Kelima Jilid 2.Jakarta : Erlangga.h.329-333
[5]Paul A. Tipler.2001.Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga
Jilid 2.Jakarta: Erlangga. h.520-522